BACA JUGA:Tiga Club Wakil Sumatera Lolos ke 12 Besar
Padahal, kita menyadari bahwa akal manusia itu sangat terbatas, lemah, dan banyak kekurangan.
Sekularisme justru menstandari setiap perbuatan tanpa pertimbangan agama. Inilah akibatnya, manusia mudah berbuat sesuai kehendaknya sendiri.
Kondisi ini diperparah dengan tak adanya aturan tentang sistem pergaulan di tengah-tengah masyarakat.
Mulai dari aturan tentang batasan aurat, interaksi antara pria dan wanita. Aurat misalnya, betapa banyak kaum wanita yang tidak menutup auratnya secara sempurna.
BACA JUGA:Rekam Jejak Sriwijaya FC Lawan PSMS Medan. Kekuatan Lobby. Hingga Head to Head Pertandingan.
Atas nama kebebasan berperilaku, mereka gemar mengumbar auratnya.
Tanpa sadar, ini yang mampu menarik syahwat laki-laki yang telah terpapar sekularisme.
Laki-laki pula tidak mampu menundukkan pandangan. Amat berat faktanya bagi laki-laki untuk menundukkan pandangan, di saat pamer aurat sudah sedemikian masif.
Ditambah, minimnya batasan interaksi antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya.
Selain itu, hilangnya rasa aman bagi perempuan ini dipicu oleh faktor tumbuh suburnya pornograpi.
BACA JUGA:Dari Studio ke Hati: Simak Cerita Seru di Balik Lagu Terbaru Kampung Dolor - Mau Tau? Yuk, Simak!
Pornografi mudah sekali diakses lewat perangkat Handphone.
Faktor inilah yang memicu munculnya rangsangan seksual yang menuntut pemuasan.
Alhasil, pelecehan seksual makin marak. Korbannya bahkan bukan hanya perempuan dewasa, anak-anak, hingga balita. Nauzubillah.
Sebagaimana pernah terjadi pada November 2023 lalu, bayi perempuan berusia 4 bulan di Cirebon menjadi korban kekerasan seksual.