Oleh karena itu, pemeriksaan penunjang sangat penting dilakukan.
Dokter biasanya akan menyarankan apendikogram (foto rontgen khusus) atau CT scan abdomen untuk memastikan apakah benar terjadi peradangan pada usus buntu.
BACA JUGA:Tidak Perlu Makanan Mentah: Dokter Gizi Ungkap Cara Realistis Penuhi Nutrisi Seimbang
BACA JUGA:Waspada Sejak Dini! Usia 40 Tahun ke Atas Wajib Periksa Jantung Secara Berkala
Selain pemeriksaan fisik seperti palpasi pada perut, tes darah untuk melihat kadar leukosit juga dapat membantu.
Peningkatan jumlah sel darah putih menandakan adanya infeksi dalam tubuh.
“Kalau sudah dipastikan radang usus buntu, maka tindakan utama adalah operasi pengangkatan usus buntu, atau apendektomi.
Sekarang sudah banyak rumah sakit yang bisa melakukan apendektomi secara laparoskopi sehingga pemulihannya lebih cepat dan minim risiko,” ujar dr. Aru.
Waspada Gejalanya, Jangan Tunda Pemeriksaan
BACA JUGA:Tidak Perlu Makanan Mentah: Dokter Gizi Ungkap Cara Realistis Penuhi Nutrisi Seimbang
BACA JUGA:Tidak Perlu Makanan Mentah: Dokter Gizi Ungkap Cara Realistis Penuhi Nutrisi Seimbang
Kisah Ajeng adalah pengingat penting bagi masyarakat untuk tidak mengabaikan nyeri perut, apalagi jika terasa makin parah dan berpindah lokasi.
Banyak orang yang menunda berobat karena mengira itu hanya masalah pencernaan biasa.
Ajeng sendiri mengaku sempat mengobati rasa nyerinya dengan obat maag dan herbal, namun hasilnya nihil.
Barulah setelah ia memeriksakan diri ke rumah sakit, ditemukan bahwa ia mengalami peradangan serius pada usus buntunya.
“Untungnya saya cepat dibawa ke dokter setelah nyerinya benar-benar tidak tertahankan.