SUMEKSRADIONEWS.ONLINE - Laut biru nan jernih yang membentang di sekitar Pulau Kapoposang, Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan, ibarat akuarium raksasa tempat terumbu karang warna-warni, penyu sisik, serta barisan ikan karang hidup berdampingan.
Keindahan ini—yang kerap membuat penyelam terpesona—sedang menghadapi ancaman serius: penangkapan ikan menggunakan bom dan bius serta tingginya tekanan wisata tanpa tata kelola lingkungan.
Namun, di balik ancaman itu tumbuh tekad kolektif masyarakat setempat untuk menjaga “surga” mereka, kini diperkuat oleh program tanggung jawab sosial BRI Menanam–Grow & Green: Coral Reef.
Kesadaran warga terpupuk melalui pembentukan berbagai kelompok.
Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Pulau Kapoposang berdiri pada 2024, beranggotakan 33 orang yang merangkap pemandu wisata sekaligus “penjaga gerbang” ekosistem.
Mereka tidak sekadar mempromosikan snorkeling, diving, dan wisata budaya, melainkan bertindak sebagai edukator bagi tamu—memberi tahu cara berenang tanpa menendang karang atau memberi makan ikan secara sembarangan.
BACA JUGA:BRI Dorong Pemerataan Lewat Holding Ultra Mikro: 35,4 Juta Usaha Terbantu, Rp631 Triliun Tersalurkan
BACA JUGA:BRI Peduli Rayakan Waisak 2025 dengan Menyalurkan 1.000 Paket Sembako untuk Umat Buddha di Tangerang
“Pesona Kapoposang belum banyak dikenal.
Kami ingin memperluas promosi, tapi tetap memastikan alamnya tidak tergerus,” ujar Abdul Rauf, anggota POKDARWIS, menjelaskan idealisme mereka.
Kesadaran serupa juga melahirkan Kelompok Rehabilitasi Karang Web Spider, digawangi 21 pemuda lokal sejak 2019.
Bekerja sama dengan Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang Satker Kapoposang, kelompok ini menancapkan rangka baja berbentuk bintang laut—reef star—di dasar laut, lalu “menyelipkan” potongan karang (fragmen) ke setiap celahnya.
Spesies karang keras seperti Acropora dan Montipora dipilih karena pertumbuhannya relatif cepat sehingga mampu menutup luka-luka patahan akibat bom.