Terapi Diet Ketogenik untuk Epilepsi: Mekanisme dan Manfaatnya Lebih Mendalam

Sabtu 19-08-2023,20:53 WIB
Editor : hellen

Selain itu, senyawa keton juga dapat mempengaruhi neurotransmiter di otak, seperti meningkatkan kadar GABA (asam gamma-aminobutirat) yang memiliki efek menenangkan dan antikejang.

BACA JUGA:Melepas Beban dan Menjaga Kesejahteraan: Pentingnya Pendidikan dan Kesadaran tentang Burnout

Diet ketogenik memiliki beberapa variasi, termasuk diet ketogenik klasik, diet MCT (medium-chain triglycerides), dan diet berdasarkan rasio lemak dan protein.

Diet ketogenik klasik mengharuskan proporsi lemak yang sangat tinggi (sekitar 70-90% kalori harian), sedangkan diet MCT melibatkan konsumsi minyak MCT, yang lebih mudah dicerna dan cepat diubah menjadi senyawa keton.

Diet berdasarkan rasio lemak dan protein lebih fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu.

Namun, penting untuk diingat bahwa diet ketogenik tidak cocok untuk semua orang dan dapat memiliki efek samping yang perlu dipertimbangkan.

BACA JUGA:Hindari Masalah Jangka Panjang! Peran Dukungan Sosial dalam Mengatasi Burnout: Lakukan 4 Langkah Ini

Karena rendahnya konsumsi karbohidrat, tubuh mungkin mengalami ketosis ekstrem yang dapat menyebabkan efek samping seperti lemas, pusing, dan sulit berkonsentrasi (ketosis "brain fog").

Selain itu, diet ini dapat menyebabkan masalah pencernaan, gangguan elektrolit, dan perubahan kadar lipid darah.

Sebelum memulai diet ketogenik, konsultasi dengan dokter atau ahli gizi sangat dianjurkan.

Profesional medis dapat membantu mengukur potensi manfaat dan risiko diet ini berdasarkan kondisi kesehatan individu.

Selain itu, diet ini memerlukan komitmen yang kuat, karena perubahan besar dalam pola makan dapat memengaruhi gaya hidup sehari-hari.

BACA JUGA:Hati-hati! Dampak Jangka Panjang Burnout terhadap Kesejahteraan Mental dan Fisik, Ini yang Akan Terjadi

Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian telah mengungkapkan manfaat potensial diet ketogenik dalam mengurangi kejang pada pengidap epilepsi, terutama mereka yang tidak merespons dengan baik terhadap obat-obatan.

Meskipun mekanisme yang tepat belum sepenuhnya dipahami, pengaruh positif senyawa keton terhadap sinyal otak dan neuroproteksi menjadi fokus utama penelitian.

Dengan pendekatan yang tepat dan pemantauan medis yang cermat, diet ketogenik bisa menjadi terapi yang berpotensi mengubah hidup bagi mereka yang menderita epilepsi.

 

Ikuti terus Sumeksradionews.online atau bisa klik di Google News untuk mendapatkan berita-berita terbaru. Nyalakan notifikasi agar tidak ketinggalan berita-berita lainnya.

Kategori :