Namun, cerita sejarah di balik pertemuan dua sungai ini telah menjadikan Muaradua sebagai tempat yang memiliki warisan budaya dan sejarah yang sangat berharga.
Legenda asal usul nama Muaradua telah menjadi bagian integral dari sejarah masyarakat OKU Selatan.
Dari generasi ke generasi, cerita ini telah dituturkan dan diwariskan kepada penduduk Muaradua.
Ini adalah cerita yang menciptakan identitas mereka, mengingatkan mereka akan akar-akar sejarah yang dalam yang membentuk kota ini.
Sejarah dan geografi tidak hanya memainkan peran dalam cerita asal usul Muaradua.
Pertemuan dua muara sungai ini juga memiliki dampak yang sangat signifikan pada perkembangan ekonomi dan sosial kota ini.
Sungai Komering, yang merupakan hasil dari perpaduan Sungai Selabung dan Sungai Saka, telah menjadi jalur vital bagi perdagangan dan transportasi.
Selama berabad-abad, sungai ini telah memfasilitasi perdagangan dan pertukaran budaya antara penduduk di sepanjang aliran sungai.
BACA JUGA:Cerita Turun Temurun, Inilah Asal Mula Desa Bailangu Muba dari Seorang Keturunan Sakti
Selain memberikan identitas geografis bagi kota, Sungai Komering juga memberikan mata pencaharian bagi sebagian besar masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
Aktivitas seperti perikanan, pertanian, dan perdagangan telah berkembang di sepanjang aliran sungai ini.
Hal ini mencerminkan betapa pentingnya air dan sungai dalam membentuk kehidupan dan keberlanjutan kota Muaradua.
Di sekitar muara sungai, kita dapat menemukan peninggalan bersejarah yang berasal dari masa penjajahan Belanda.
Peninggalan ini termasuk pondasi jembatan gantung dan sebuah batu unik yang memiliki bentuk mirip kodok.
Meskipun jembatan gantung ini telah mengalami perubahan seiring berjalannya waktu, pondasinya masih berdiri sebagai saksi bisu masa lalu.
BACA JUGA:Ini Peristiwa di Balik Pergantian Nama Jembatan Ampera: Dari Bung Karno ke Amanat Penderitaan Rakyat, Simak!
Batu yang memiliki bentuk mirip kodok juga menjadi objek menarik bagi penduduk setempat.
Batu ini memiliki cerita sendiri dalam sejarah Muaradua.
Dipercayai bahwa batu ini digunakan oleh penduduk setempat sebagai tempat untuk berdoa atau memohon pertolongan dalam urusan penting.
Bagi sebagian orang, batu ini adalah simbol kekuatan alam dan koneksi dengan alam semesta.
Namun, yang lebih mengejutkan adalah makam Puyang Komering, yang terletak sekitar 100 meter dari lokasi jembatan gantung.