Selain itu, pihak-pihak terkait, seperti mediator dan keluarga terdekat, juga turut ambil bagian dalam upaya penyelesaian masalah ini.
Situasi ini menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai hak kepemilikan, tanggung jawab keluarga, dan dinamika hubungan antara anggota keluarga.
Warganet di media sosial secara aktif berdiskusi tentang isu-isu ini, memberikan dukungan atau kritik terhadap masing-masing pihak yang terlibat.
BACA JUGA:Siapa Sebenarnya Orang Rohingya? Berikut Penjelasan Tentang Polemik Rohingya dan Krisis Kemanusiaan
Dengan demikian, proses mediasi antara nenek Siti Marbiah dan anak angkatnya, AY, telah menjadi fokus perhatian masyarakat dan menciptakan diskusi luas tentang nilai-nilai keluarga, kepemilikan, serta dinamika hubungan antara generasi yang berbeda.
Jalan perdamaian sudah dimediasi oleh berbagai pihak, termasuk Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuasin, agar dapat di selesaikan dengan cara kekeluargaan.
Namun, sayang upaya ini tidak ada titik temunya.
Hingga nenek Siti Marbiah melaporkan anak angkat ke Polres Banyuasin pada tanggal 10 November 2023.
BACA JUGA:Siapa Sebenarnya Orang Rohingya? Berikut Penjelasan Tentang Polemik Rohingya dan Krisis Kemanusiaan
Agama Tidak Dipakai Dalam Mendidik Generasi
Harta salah satu yang menjadi pemicu retaknya hubungan kekeluargaan.
Karena, mindset kebanyakan masyarakat saat ini materi (harta) menjadi tolak ukur kebahagiaan.
Sehingga apa pun dilakukan untuk mengumpulkan harta sebanyak mungkin untuk kesenangan diri.
Hubungan yang terjadi akhirnya berujung berlandaskan materi.
BACA JUGA:Kabut Asap Masih Melanda Wilayah Sumatera Selatan, Karhutla Dampak dari Kapitalisme !
Interaksi antar keluarga terjalin hanya bernilai materi, sehingga untung rugi menjadi tolak ukur hubungan orang tua dan anak.