Wayang Kulit Palembang, Mari Mengenal Warisan Seni dan Budaya Melayu di Abad 19, Kaya Akan Sejarah !
SUMEKSRADIONEWS.ONLINE - Kesenian memiliki kekuatan untuk merefleksikan sejarah dan budaya suatu masyarakat.
Salah satu contoh yang menarik adalah Wayang Kulit Palembang, sebuah bentuk pewayangan yang menjelma dari visi dan versi masyarakat Palembang pada abad ke-19, khususnya selama pemerintahan Arya Damar.
Dalam perjalanannya, wayang kulit ini tidak hanya menjadi ekspresi seni, tetapi juga mencerminkan kekayaan sejarah dan nilai budaya masyarakatnya.
Sejarah Wayang Kulit Palembang
Bentuk fisik Wayang Kulit Palembang mungkin mirip dengan wayang purwa milik suku Jawa, tetapi perbedaan signifikan muncul dalam bahasa pengantarnya.
BACA JUGA:Sejarah Asal Usul Kabupaten Empat Lawang, Cerita 4 Tokoh Pahlawan di Sumatera Selatan, Mari Lihat !
BACA JUGA:Inilah Awal Mula Sejarah Radio: Perjalanan dari Penemuan Hertz hingga The Father of Radio
Wayang Kulit Palembang memanfaatkan bahasa Melayu Palembang, baik dialek Pasaran maupun Bebaso.
Hal ini menciptakan keunikan tersendiri dalam setiap pertunjukan, di mana penonton tidak hanya disuguhkan dengan visual yang memukau, tetapi juga meresapi keindahan bahasa lokal yang kaya akan nuansa.
Sejarah Wayang Kulit Palembang tidak dapat dipisahkan dari perjalanan panjang Palembang sebagai pewaris kesenian-kesenian dari pesisir utara Pulau Jawa.
RMH Nato Dirajo, seorang keturunan bangsawan Palembang, mengungkapkan bahwa pengaruh ini berkembang sejak kerajaan Palembang menjadi bawahan dari kerajaan Majapahit pada tahun 1365.
BACA JUGA:Adat Palembang, Mengenal Tradisi Ritual Pernikahan di Sumatera Selatan, Sakral dan Unik !
Pada abad ke-16, ketika Ki Gede ing Temayan dari Jawa tiba di Palembang, bahasa Jawa menjadi bahasa pergaulan di kalangan komunitas keraton Palembang.