Meski putera Sultan Jambi mengklaim hak atas tahta, perseteruan dengan saudara-saudara laki-laki Kemas Anom Jamaluddin memenangkan pertarungan.
Kemas Depati kemudian memerintah hingga wafat pada tahun 1587, dengan penggantinya, Den Arya, yang pemerintahannya terhenti setahun setelah terbunuh dalam insiden tragis.
BACA JUGA:Adat Palembang, Mengenal Tradisi Ritual Pernikahan di Sumatera Selatan, Sakral dan Unik !
Wayang Kulit Palembang sebagai Warisan Berharga
Dalam perjalanan sejarah panjang Kesultanan Palembang Darussalam, Wayang Kulit Palembang tetap menjadi warisan berharga.
Seni pewayangan ini bukan hanya sebuah pertunjukan, tetapi juga penjelmaan nilai-nilai dan sejarah masyarakat Palembang.
Melalui perpaduan visual yang memukau dan bahasa Melayu Palembang yang khas, wayang kulit ini terus hidup sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas budaya mereka.
Wayang Kulit Palembang tidak hanya menjadi saksi bisu perkembangan seni dan budaya di masa lalu, tetapi juga menjadi panggung yang hidup bagi generasi masa kini untuk meresapi kekayaan sejarah leluhur mereka.
BACA JUGA:Adat Palembang, Mengenal Tradisi Ritual Pernikahan di Sumatera Selatan, Sakral dan Unik !
Dengan pertunjukan yang terus digelar dan tradisi yang terus dijaga, Wayang Kulit Palembang tetap menjadi bagian penting dalam merawat dan melestarikan warisan budaya Melayu yang kaya dan berharga.*