Kerap Merasakan sakit punggung secara Tiba-tiba, hanya nyeri otot atau saraf terjepit?

Kerap Merasakan sakit punggung secara Tiba-tiba, hanya nyeri otot atau saraf terjepit?

Ilustrasi nyeri punggung atau sarap kejepit. (net)--Kerap Merasakan sakit punggung secara Tiba-tiba

Sumeksradio - Kerap Merasakan sakit punggung secara Tiba-tiba, hanya nyeri otot atau saraf terjepit? , Hampir setiap orang dewasa pasti pernah mengalami sakit punggung, terutama pekerja kantoran yang harus duduk berjam-jam.

Jephtah Tobing, dokter spesialis ortopedi dan traumatologi RS EMC Alam Sutera, mengimbau masyarakat yang kerap merasakan nyeri punggung secara tiba-tiba untuk waspada.

BACA JUGA:Mengapa orang muda bisa menderita diabetes? Berikut 9 alasannya

Dia mengungkapkan bahwa langkah pertama untuk menjadi waspada adalah memahami perbedaan antara otot yang sakit dan tanda saraf terjepit.
 
“Ini penting karena saya sering menemukan orang yang menganggap bahwa semua sakit punggung adalah saraf kejepit,” kata Jephtah usai bertemu dengan media event EMC Healthcare “Inovasi Augmented Reality (AR) sebagai Solusi Manajemen Tulang Belakang” di Jakarta Pusat. di wilayah tersebut pada Selasa (30/5/2023).

Jephtah menjelaskan, hampir semua penyebab nyeri punggung hanyalah nyeri otot.

“Faktanya, 90 persen penyebab nyeri punggung hanyalah nyeri otot, biasanya disebabkan karena duduk terlalu lama, kurang olahraga, atau kelebihan berat badan,” katanya.

“Jadi kalau masalahnya di otot, semuanya bisa diatasi dengan metode konservatif atau tanpa operasi,” lanjut Jephtah.

Sakitnya menjalar, tanda saraf terjepit
 
Lebih lanjut Jephthah mengungkapkan bahwa perbedaan nyeri otot normal dan saraf terjepit adalah nyerinya sendiri.

“Kalau gejala utamanya saraf kejepit, ada nyeri yang menjalar. Kata kunci tersebar. Kalau cuma sakit punggung, berarti sakit otot saja,” ujar pria lulusan Monash University di Australia ini.

Saraf tegang biasanya dapat diobati secara konservatif
 
Lalu Yefta mencontohkan saraf terjepit sebagai tanda nyeri yang menjalar.

“Misalnya setelah angkat beban berat atau main basket tiba-tiba merasa kaki kanan berada di belakang paha dan menyebabkan nyeri di betis. Ini gejala saraf kejepit,” jelasnya. Jeftah mengungkapkan saraf terjepit yang belum parah bisa ditangani secara konservatif.
 
"Itu adalah sesuatu yang 90 persen dapat diobati secara konservatif atau tanpa operasi," tambahnya.

Meski begitu, lanjut Jephtah, 10 persen saraf terjepit justru harus dioperasi.

“Tapi 10 persen sangat parah sehingga mereka benar-benar membutuhkan operasi. Jangan salah, jangan sampai semua sakit punggung kita berarti saraf terjepit. Kemudian kami bahkan melepaskan saraf terjepit, tegasnya sekali lagi.

3 tanda nyeri menjalar harus dibawa ke dokter

 Jephtah mengatakan ada tiga tanda bahwa gejala saraf terjepit harus ditangani dengan bantuan tenaga medis profesional.
 
"Yang pertama adalah ketika nyeri menjalar di tulang belakang, tapi ada mati rasa (mati rasa) di sekitar alat kelamin," ujarnya.

Setelah itu, sumbatan usus juga merupakan tanda bahwa nyeri radiasi tidak dapat lagi ditangani secara konservatif.

“Ketika ada masalah dengan buang air kecil dan besar. Jika Anda memiliki tiga gejala ini, Anda harus segera pergi ke rumah sakit," katanya.

“Karena secara teori, jika tidak ke rumah sakit karena sakit lebih dari 8 jam, maka fungsi tubuh yang terganggu tidak bisa kembali lagi,” jelas Jephtah.
 
3 kelompok orang yang lebih rentan sakit punggung
 
Dalam konteks yang sama, Jephthah juga menjelaskan beberapa kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi terkena nyeri punggung.

“Pertama-tama, mereka yang berisiko lebih besar sebenarnya adalah orang yang tidak banyak bergerak, karena tidak melakukan aktivitas fisik secara teratur. Ototnya bahkan tidak terlatih,” ujarnya. Masih terkait dengan aktivitas fisik yang rendah, Jephtah mengungkapkan bahwa orang yang kelebihan berat badan juga berisiko tinggi.

"Jadi ketika indeks massa tubuh kita melebihi kisaran normal, kita lebih banyak mengalami nyeri tulang belakang," ujarnya.

"Ketiga, perokok. Jadi kalau bisa jangan merokok," pungkas Jephthah.
 Pasalnya, kebiasaan merokok bisa mengganggu peredaran darah, menurut Jefta. Padahal, otot, tulang, dan saraf menerima nutrisi dari pembuluh darah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: