Mundur Ke Masa Lalu! Misteri Sejarah Oku Selatan, Jalan-Jalan Ke Tugu Monpera hingga Candi Kebayan, Simak ya!

Mundur Ke Masa Lalu! Misteri Sejarah Oku Selatan, Jalan-Jalan Ke Tugu Monpera hingga Candi Kebayan, Simak ya!

Misteri Sejarah Oku Selatan, Jalan-Jalan Ke Tugu Monpera hingga Candi Kebayan-Foto: google/net-

Candi ini memiliki koordinat astronomis yang sangat penting, dan letaknya strategis di pinggiran Danau Ranau, Sungai Perli, dan Sungai Sahulan.

Lokasi yang subur dan dekat dengan sumber air menjadi faktor penting dalam pemilihan tempat ini untuk membangun candi.

Candi Batu Kebayan dibuat dari batu kapur dan memiliki fondasi berdenah empat persegi panjang dengan ukuran panjang 9 meter dan lebar 8 meter.

BACA JUGA:Istilah Semboyan Serasan Sekate di Ibu Kota Sekayu Muba, Kamu Warganya Pasti Paham!

Fondasi candi ini dihiasi dengan pelipit sisi genta dan padma, menggambarkan unsur-unsur budaya Hindu-Buddha.

Lingkungan sekitarnya yang indah dan alam yang subur menambah daya tarik candi ini sebagai salah satu peninggalan bersejarah.

Penemuan Candi Batu Kebayan memberikan wawasan berharga tentang sejarah dan peradaban masa lalu di OKU Selatan.

Ini mengingatkan kita akan keragaman budaya dan agama yang pernah ada di wilayah ini.

Dalam konteks sejarah, candi ini menjadi saksi bisu perjalanan waktu dan perubahan budaya yang telah terjadi selama ribuan tahun.

Rumah Adat Saibatin Marga Ranau: Rumah Keraton Tertua di Ranau



Rumah Adat Saibatin Marga Ranau adalah salah satu peninggalan bersejarah yang mengesankan di Desa Jepara, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan.

BACA JUGA:Asal Mula Desa Sidang Emas, Sebuah Legenda yang Terus Dikenang di Banyuasin

Rumah adat ini memiliki sejarah yang sangat kaya dan merupakan rumah keraton tertua di Ranau.

Pembangunan rumah adat ini dilakukan pada abad ke-15 oleh Pangeran Singajuru.

Awalnya, rumah adat ini berada di Desa Jepara Tua, namun pada tanggal 18 April 1926, sebuah kebakaran hebat melanda dan menghanguskan rumah tersebut.

Namun, semangat untuk menjaga warisan budaya tidak padam. Rumah adat ini kemudian dibangun kembali di dekat sumber air.

Saat ini, rumah adat ini dijadikan tempat tinggal bagi keturunan Pangeran Singajuru dan digunakan untuk berbagai acara adat, seperti musyawarah adat dan sebagainya.

Dalam rumah ini juga disimpan berbagai barang pusaka bersejarah, termasuk piagam, keris, gelang, kopiah, dan banyak lainnya.

BACA JUGA:Mau Tahu! Setelah Perjuangan Terbentuk Musi Ilir-Banyuasin, Inilah Bupati Pertama & Bagaimana Perannya?

Barang-barang ini bukan hanya benda-benda mati, melainkan potongan-potongan sejarah hidup yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: