Sejarah Perahu Bidar: Tradisi Tahunan yang Menghiasi Sungai Musi Palembang, Sebutan Orang Lokal Dahulu!

Sejarah Perahu Bidar: Tradisi Tahunan yang Menghiasi Sungai Musi Palembang, Sebutan Orang Lokal Dahulu!

Sejarah Perahu Bidar: Tradisi Tahunan yang Menghiasi Sungai Musi Palembang-foto: google/net-

Sejarah Perahu Bidar: Tradisi Tahunan yang Menghiasi Sungai Musi Palembang, Sebutan Orang Lokal Dahulu!

 

SUMEKSRADIONEWS.ONLINE - Lomba bidar dan perahu hias di kota Palembang akan kembali meriahkan perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) tahun ini.

Hiburan ini, yang telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat, memiliki akar sejarah yang menarik dan sarat makna.

Cerita rakyat mencatat bahwa Lomba Perahu Bidar bermula dari perlombaan bidar antara dua pangeran Palembang dan seorang pemuda dari uluan.

Perebutan seorang gadis bernama Dayang Merindu memicu pertandingan epik ini, di mana kelelahan akhirnya merenggut nyawa kedua pemuda tersebut.

BACA JUGA:Sejarah Rumah Sakit Kusta Sungai Kundur di Banyuasin, Pusat Pelayanan Kusta di Sumatera Selatan, Mari Lihat!

Dayang Merindu sendiri, diliputi kesedihan yang tak terbendung, mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

Legenda ini memberikan warna unik pada tradisi perlombaan bidar, yang tidak hanya sekadar ajang hiburan, tetapi juga menjadi simbol romantisme dan pengorbanan.

Dokumentasi sejarah menunjukkan bahwa Perlombaan Perahu Bidar pertama kali diselenggarakan sekitar tahun 1898, saat perayaan ulang tahun Ratu Belanda, Wilhelmina.

Sebuah kepercayaan berakar dalam tradisi peserta lomba bidar, bahwa Prasasti Kedukan Bukit, sebuah batu bertulis yang dianggap keramat, memiliki kekuatan gaib.

BACA JUGA:Sejarah Rumah Sakit Kusta Sungai Kundur di Banyuasin, Pusat Pelayanan Kusta di Sumatera Selatan, Mari Lihat!

Oleh karena itu, para peserta lomba bidar selalu melakukan kunjungan ke prasasti tersebut sebelum perlombaan dimulai, percaya bahwa mereka akan mendapatkan kekuatan magis untuk memenangkan pertandingan.

Prasasti Sriwijaya, yang ditemukan di tepian sungai Kedukan Bukit, menjadi destinasi spiritual bagi para peserta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: