Sebanyak 71 desain masuk, kemudian diseleksi oleh dewan juri yang terdiri dari sastrawan Wisran Hadi, arsitek Eko Alvares, dan ulama Syamsul Bahri Khatib.
Pemenang utama sayembara diumumkan pada bulan September 2006, dan tim yang memenangkan sayembara tersebut dipimpin oleh arsitek Rizal Muslimin.
Rizal, yang berasal dari kantor konsultan arsitektur Urbane di Bandung, Jawa Barat, merancang MR-SB dengan memadukan elemen-elemen arsitektur Minangkabau, khususnya inspirasi dari bentuk gonjong rumah gadang.
Rancangan MR-SB yang berhasil memenangkan sayembara menciptakan sebuah bangunan persegi yang mempertahankan keindahan desain rumah gadang sambil mengakomodasi kebutuhan geometri ruang ibadah yang berdenah bujur sangkar.
Rizal mengungkapkan bahwa ketertarikannya pada arsitektur rumah gadang sejak lama menjadi kunci keberhasilan desainnya.
"Kenapa saya bisa menghasilkan bentuk masjid yang bisa diterima banyak orang, karena saya sudah sejak lama suka pada arsitektur rumah gadang, tidak bisa dibikin-bikin.
Dari hal yang disukai, akan muncul hal-hal yang baik, ...jadi elemen-elemen yang muncul dalam desain merupakan hal-hal yang sudah lama saya apresiasi."
Meskipun desain MR-SB yang memenangkan sayembara menuai kritik dari beberapa pihak, terutama DPRD Sumatera Barat yang menilainya tidak lazim karena tanpa kubah, namun hasil tersebut tetap menjadi dasar pembangunan masjid yang kini menjadi kebanggaan masyarakat Sumatera Barat.
BACA JUGA:Viral! Pria Ini Rekam Detik-detik Tsunami 7,6 Magnitude di Jepang
Sejarah panjang perjalanan pembangunan MR-SB, dari pemilihan desain hingga penyelesaian konstruksi, mencerminkan tantangan dan perjuangan dalam mewujudkan impian sebuah masjid megah di tengah-tengah masyarakat.