Seruit & Nyeruit: Warisan Rasa dan Kebersamaan dari Lampung

Seruit & Nyeruit: Warisan Rasa dan Kebersamaan dari Lampung

BACA JUGA:Pesona Pagi di Sungai Musi: Menyapa Hari dengan Sejuknya Angin dan Indahnya Panorama Alam Palembang

Tradisi ini menciptakan rasa egaliter: tak ada batasan antara tua dan muda, kaya dan miskin, semua duduk bersama dalam satu lingkaran keakraban.

Kegiatan ini menjadi semacam ruang sosial informal di mana cerita mengalir, canda tawa tercipta, dan hubungan antarindividu diperkuat.

Di balik setiap suapan, terdapat makna bahwa kebersamaan adalah cita rasa utama dari kehidupan bermasyarakat.

Menurut masyarakat setempat, seruit sebaiknya tidak disantap sendiri.

Meskipun secara teknis bisa saja dimakan seorang diri, tapi akan terasa hambar secara makna.

Nyeruit menegaskan filosofi bahwa sesuatu yang dinikmati bersama akan terasa lebih lengkap dan bermakna.

BACA JUGA:Staycation Kekinian: Menikmati Gaya Hidup Milenial di Sans Hotel Puri Indah

BACA JUGA:Dari Dapur Kecil ke Pasar Luas: Perjalanan Inspiratif Suhartini Bersama BRI dalam Membangun Tien Cakes and Coo

Itulah sebabnya, seruit sering dihidangkan dalam jumlah besar untuk dinikmati ramai-ramai.

Warisan Kuliner yang Terus Dilestarikan

Seruit sebagai makanan dan nyeruit sebagai tradisi adalah bentuk kearifan lokal yang mencerminkan identitas masyarakat Lampung.

Hingga kini, tradisi nyeruit masih terus dijaga, bahkan mulai diangkat dalam berbagai acara budaya dan promosi pariwisata.

Pemerintah daerah Lampung juga kerap memasukkan seruit dalam daftar hidangan saat menjamu tamu penting atau dalam festival kuliner khas daerah.

BACA JUGA:Staycation Kekinian: Menikmati Gaya Hidup Milenial di Sans Hotel Puri Indah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: