Waspada! Meningkatnya Minat Investasi Kripto di Kalangan Gen Z, Risiko Serius Menanti, Ini Penyebabnya!

Waspada! Meningkatnya Minat Investasi Kripto di Kalangan Gen Z, Risiko Serius Menanti, Ini Penyebabnya!

Meningkatnya Minat Investasi Kripto di Kalangan Gen Z-Foto: google/net-

Literasi Keuangan

Meskipun minat masyarakat terhadap instrumen pasar keuangan semakin meningkat, idealnya, peningkatan literasi keuangan juga seharusnya mengiringinya.

Namun, kenyataannya, di Indonesia, kedua aspek ini belum berjalan sejalan.

Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara rutin mencerminkan situasi ini.

Survei pada tahun 2022 menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia masih berada pada angka 49,68%, sementara indeks inklusi keuangan mencapai 85,1%. Ini mengindikasikan bahwa ada kesenjangan sebesar 35,42% antara tingkat literasi dan inklusi keuangan.

Meskipun angka tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2019 yang mencapai 38,16%.

BACA JUGA:Promosi Terbatas Hingga 30 September 2023: Kumpulkan Lencana dengan DANA & Menangkan Rp120.000!

OJK mendefinisikan literasi keuangan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang memengaruhi sikap dan perilaku keuangan seseorang dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan untuk mencapai kesejahteraan.

Di sisi lain, inklusi keuangan berarti ketersediaan akses bagi masyarakat untuk memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan di lembaga keuangan formal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat dalam rangka mewujudkan kesejahteraan.

Jika kita memperinci indeks ini ke sektor, kita akan menemukan bahwa tingkat literasi di sektor perbankan, asuransi, dan pergadaian tergolong cukup tinggi, masing-masing mencapai 49,93%, 31,72%, dan 40,75%.

Namun, di sektor pasar modal, indeks literasi masih rendah, hanya mencapai angka 4,11%.

BACA JUGA:Melonjaknya Sejumlah Saham di Bursa Saham Indonesia Mendorong IHSG Melewati 7.000 Poin

Demikian juga, tingkat inklusi keuangan di pasar modal baru mencapai 5,19%, jauh di bawah sektor perbankan (74,03%), asuransi (16,62%), dan lembaga pembiayaan (16,1%).
Prinsip Dasar Investasi

Kasus tragis pembunuhan mahasiswa Universitas Indonesia yang terkait dengan kerugian dalam investasi kripto dan utang dari aplikasi pinjol menyiratkan serangkaian cerita buruk yang menyertainya.

Kejatuhan salah satu mata uang digital, Terra Luna, pada tahun 2022 juga disertai oleh cerita investor yang merugi karena tidak memahami prinsip dasar investasi.

Di media sosial, kita bisa melihat banyak cerita tentang orang-orang yang kehilangan dana persiapan pernikahan, uang sekolah anak, dan bahkan tabungan hidup mereka karena terlanjur menginvestasikan semua yang mereka miliki ke Terra Luna.

BACA JUGA:Dilema Bank Indonesia: Tekanan Nilai Tukar Rupiah, Kebijakan Suku Bunga, dan Kondisi Ekonomi Global

Ketika kita melihat pandangan seorang investor legendaris seperti Warren Buffett, kita mendapati beberapa prinsip dasar yang sangat berharga yang bisa diikuti oleh pemodal, terutama yang masih pemula.

Salah satu prinsipnya adalah untuk tidak terjebak dalam perilaku serakah saat orang lain terlalu takut, dan sebaliknya, jangan terlalu takut saat orang lain menjadi serakah.

Terlalu banyak orang yang terperangkap dalam kerugian investasi karena mereka memutuskan berdasarkan FOMO (Fear of Missing Out), atau ketakutan untuk ketinggalan dari tren investasi tertentu.

Mereka mungkin melompat ke dalam investasi kripto tanpa pemahaman yang memadai tentang apa itu kripto dan bagaimana cara kerjanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: