Sungguh ajaib Suku Koto Minangkabau! Ternyata Memiliki Seorang Pelindung dalam Tradisi Turun Temurun

Sungguh ajaib Suku Koto Minangkabau! Ternyata Memiliki Seorang Pelindung dalam Tradisi Turun Temurun

Legenda turun temurun suku koto yang memiliki buaya sebagai pelindungnya-Foto:google/net-

Pada masa lalu, suku Koto merupakan satu kesatuan dengan Suku Piliang, tetapi karena perkembangan populasinya, kedua suku ini kemudian dibagi menjadi dua suku yang terpisah, yaitu suku Koto dan suku Piliang.

Suku Koto dipimpin oleh Datuk Ketumanggungan, yang memiliki aliran Aristokratis Militeris, dan falsafah suku Koto Piliang ini adalah "Manitiak dari Ateh (menetes dari atas), Tabasuik dari bawah (muncul dari bawah), batanggo naiak bajanjang turun," yang menggambarkan cara suku Koto berusaha menyelesaikan masalah mereka.

BACA JUGA:5 Kesenian Lokal Sejarah di Talang Gelumbang Kota Pangkalan Balai, Warisan Tradisi Adat Budaya Banyuasin

Datuk Ketumanggungan sangat dihormati dan diagungkan oleh banyak orang, sehingga memegang peran penting dalam kepemimpinan suku Koto.

Keistimewaan suku Koto yang diwariskan dari generasi ke generasi ini juga menimbulkan pertanyaan menarik. Apakah tokoh-tokoh besar Indonesia yang berasal dari suku Koto.

seperti pengusaha Basrizal Koto, Mantan Menteri Tifatul Sembiring, penyair Taufiq Ismail, wartawan Hardimen Koto, dan Jenderal Boy Rafli Amar, juga mengalami perlindungan dari buaya.

seperti yang diceritakan dalam cerita turun temurun? Ini adalah pertanyaan menarik yang mungkin belum pernah terjawab secara resmi.

BACA JUGA:Masyaallah Ternyata Begini Perjalanan Keagamaan Masyarakat Minangkabau!

Cerita tentang perlindungan suku Koto dari buaya bukan hanya menjadi bagian dari cerita rakyat, tetapi juga menjadi cerita yang diwariskan secara turun-temurun di kalangan keluarga suku Koto.

Anak-anak Minang yang berasal dari suku Koto sering kali mendengar cerita ini sebagai dongeng pengantar tidur saat mereka masih kecil atau remaja.

Di Minang sendiri, sistem pewarisan budaya dan identitas suku Koto dijalankan melalui jalur matrilineal, yang berarti bahwa suku diwariskan melalui ibu daripada bapak.

Dalam budaya Minangkabau, aspek sejarah, seni, budaya, dan cerita rakyat selalu berkaitan erat dengan ajaran agama Islam.

BACA JUGA:Penemuan Pecahan Kapal di Mariana Banyuasin, Bukti Warisan Sejarah Kerajaan Sriwijaya di Indonesia

Adat basandi sarak sarak basandi kitabullah (ABSSBK) menjadi filosofi hidup yang sangat penting bagi orang Minangkabau.

ABSSBK menekankan bahwa segala hal harus didasarkan pada kitabullah atau kitab suci Al-Quran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: