Sejarah Sungai Lilin Abad ke-20 Kota di Musi Banyuasin dari Belantara Hutan Ke Era Padat Kendaraan
Masyarakat di kecamatan Sungai Lilin-Foto-
Mereka, yang merupakan kerabat dan berprofesi sebagai petani berpindah dan nelayan, membawa serta tradisi dan kehidupan dari daerah asal mereka.
Nama "Sungai Lilin" diambil dari sebuah sungai kecil yang merupakan anak Sungai Dawas, terletak di sebelah barat pusat kota sekarang.
Cerita mencatat bahwa nama ini berasal dari keberadaan lebah (madu repo) yang berkembang biak di sungai.
Lebah ini tidak hanya memberikan madu sebagai pengganti gula, tetapi sarangnya juga digunakan sebagai lilin, menciptakan cahaya pada malam hari.
Sungai Lilin, yang panjangnya sekitar 5-6 kilometer dari muaranya, memiliki makna historis.
Di hulu sungai ini, berkembang biak lebah (madu repo), yang selalu berguna bagi penduduk setempat.
BACA JUGA:Inilah Tari Setabik Muba, Simbol Kehormatan dalam Budaya Melayu!
Pada malam hari, sarang lebah yang dibakar menjadi penerangan, dikenal sebagai "lilin," memberikan nama pada daerah ini.
Perkampungan tertua di Sungai Lilin adalah Dusun Kebun Kelapa, di daerah pasar Sungai Lilin, dan Dusun Teluk Kemang.
Sungai Punggur memisahkan keduanya.
Dengan perjalanan waktu, Sungai Lilin berkembang menjadi perkotaan yang padat, khususnya di Jalinsum, menjadi pusat lintas kendaraan antara Sumatera dan Jawa.
BACA JUGA:Nama Desa yang Bikin Tawa! 10 Desa Lucu di Kecamatan Sungai Keruh, Muba
Sejarah Sungai Lilin adalah cerminan perjalanan luar biasa dari keadaan belantara hutan hingga menjadi pusat peradaban yang padat dengan arus kendaraan.
Menandakan perubahan yang signifikan dan ketangguhan masyarakat setempat dalam menghadapi tantangan alam dan waktu.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: