Begawi Cakak Pepadun, Upacara Egaliter dan Keterbukaan Budaya Lampung, Menarik Perhatian

Begawi Cakak Pepadun, Upacara Egaliter dan Keterbukaan Budaya Lampung, Menarik Perhatian

Begawi atau Gawi, sebuah perayaan yang mencerminkan keberhasilan adat dalam komunitas masyarakat Lampung. (sumeksradionews. net)--

Begawi Cakak Pepadun, Upacara Egaliter dan Keterbukaan Budaya Lampung, Menarik Perhatian
 
 

Lampung, SUMEKSRADIOnews - Begawi atau Gawi, sebuah perayaan yang mencerminkan keberhasilan adat dalam komunitas masyarakat Lampung, telah menarik perhatian publik secara luas.

Salah satu aspek yang paling signifikan dalam perayaan ini adalah Begawi Cakak Pepadun yang telah menjadi sorotan utama.

Namun, perayaan Begawi Cakak Pepadun hanya dilaksanakan oleh masyarakat Lampung Pepadun yang secara resmi mempraktikkan tradisi ini, yang berasal dari kelompok adat Lampung Pepadun.

 
Salah satu elemen penting dalam Begawi adalah "Pepadun", yang merujuk pada singgasana kayu yang melambangkan status sosial dalam lingkup keluarga.

Singgasana ini digunakan sebagai alat dalam pemberian gelar adat kepada individu yang ingin mencapai posisi adat yang lebih tinggi.

 
Proses memperoleh gelar adat melibatkan sumbangan finansial dan penyembelihan kerbau dengan jumlah tertentu.

Di daerah Kota Bumi atau Blambangan Lampung Utara, mahar yang diberikan dalam Begawi Pepadun rata-rata mencapai jumlah tersebut.

 
Namun, Begawi bukan sekadar suatu tugas atau pekerjaan bagi masyarakat Lampung Pepadun.

Ini adalah sebuah upacara adat yang dianggap wajib dilaksanakan sebelum seseorang diberikan hak untuk menduduki posisi penyimbang dalam lembaga perwatin adat.

 
Upacara Begawi Cakak Pepadun juga membedakan antara kebudayaan masyarakat Lampung Pepadun yang menempati wilayah tengah dengan masyarakat Lampung Saibatin yang tinggal di daerah pesisir Lampung.

Upacara Begawi Cakak Pepadun mencerminkan nilai-nilai egaliter dan keterbukaan yang kuat.

 
Setiap individu yang melaksanakan Begawi berpeluang memperoleh gelar adat, tanpa memandang jenis kelamin atau status perkawinan, berbeda dengan tradisi Lampung Saibatin.

Baik perempuan maupun mereka yang belum menikah berhak memperoleh gelar adat.

 
Hal ini mencerminkan prinsip keterbukaan dalam adat Lampung yang dikenal sebagai "nengah nyappur", yang mendorong keterbukaan kepada masyarakat dan peningkatan pengetahuan, serta "neumi nyimah", yang menekankan sikap baik hati dan keramahan terhadap semua orang.

Melalui Begawi, masyarakat Lampung Pepadun memberikan penghargaan dan merayakan prinsip-prinsip egaliterisme, kesetaraan hak, serta menghormati kontribusi dan keberagaman individu dalam warisan budaya mereka.
 
 
 
Begawi juga memperkuat rasa solidaritas dan persatuan di antara anggota masyarakat Lampung Pepadun, sambil menjaga nilai-nilai tradisional yang sangat dihargai.

Dengan semakin dikenalnya Begawi Cakak Pepadun, diharapkan warisan budaya Lampung ini akan terus dijaga dan menjadi sumber inspirasi bagi komunitas lain dalam menjaga kekayaan budaya mereka.

 
Begawi tidak hanya merupakan momen penting untuk merayakan kenaikan status sosial, tetapi juga merupakan simbol kesatuan dan apresiasi terhadap keberagaman budaya yang memperkaya masyarakat Lampung. *

Sumber: Wikipedia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: