Wall Street Meradang: Peningkatan Suku Bunga dan Tanda-Tanda Kehancuran Pasar Saham AS?

Wall Street Meradang: Peningkatan Suku Bunga dan Tanda-Tanda Kehancuran Pasar Saham AS?

Wall Street Meradang: Peningkatan Suku Bunga dan Tanda-Tanda Kehancuran Pasar Saham AS?-Foto:google/net-

Wall Street Meradang: Peningkatan Suku Bunga dan Tanda-Tanda Kehancuran Pasar Saham AS?

 

SUMEKSRADIONEWS.ONLINE - Bursa saham Amerika Serikat (AS) di Wall Street, New York, mengalami penurunan pada akhir perdagangan Senin (4/12/2023) waktu setempat, memberikan sinyal bahwa penilaian agresif terhadap penurunan suku bunga Bank Sentral Federal Reserve mungkin sudah berlebihan.

Data Bloomberg pada Selasa (5/12/2023) mencatat bahwa indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,11% atau 41,06 poin ke 36.204,44, S&P 500 tergelincir 0,54% atau 24,85 poin ke 4.569,78, dan Nasdaq jatuh 0,84% atau 119,54 poin ke 14.185,49.

Sejumlah data pekerjaan yang penting akan menjadi fokus perhatian dalam beberapa hari ke depan, diharapkan memberikan petunjuk mengenai langkah-langkah yang akan diambil oleh Federal Reserve.

Kondisi pasar yang telah mengalami reli bersejarah pada bulan lalu membuatnya rentan terhadap koreksi, mengingat kondisi overbought dan posisi bullish yang terjadi.

BACA JUGA:Rupiah Senin Menguat ke Rp15.461/USD; Dollar di Asia Menanjak Perlahan, Bergerak Fluktuatif

Tony Dwyer dari Canaccord Genuity menyatakan, "Pasar telah mengalami reli yang hebat dan sekarang ini hanya semacam 'santai’."

Chief Investment Officer Morgan Stanley Michael Wilson menilai bahwa saham-saham AS menghadapi akhir tahun yang sulit, dan bulan Desember mungkin membawa volatilitas jangka pendek baik pada suku bunga maupun pasar saham sebelum tren musiman yang lebih konstruktif pada bulan Januari mendukung pasar saham.

Mislav Matejka dari JPMorgan Chase & Co. mengingatkan bahwa pasar berharap pada soft landing pada ekonomi, dan tidak ada ruang untuk kesalahan.

S&P 500 turun dari level tertingginya sejak Maret 2022, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor dua tahun naik sembilan basis poin menjadi 4,63%.

BACA JUGA:PT Maja Agung Latexindo (SURI) Siap 'Gelondong' Pasar Saham dengan IPO Rp215 Miliar

Dolar menguat, sementara Bitcoin mendekati US$42.000 karena spekulasi meningkat.

Jason Draho dari UBS Global Wealth Management menyebut, "Risiko jangka pendek terbesar bagi pasar adalah setelah reli satu bulan yang fenomenal, periode konsolidasi mungkin merupakan jeda yang diperlukan."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: