SUMEKSRADIONEWS.ONLINE — Air bersih masih menjadi tantangan di banyak pelosok Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat 92,64 persen rumah tangga telah menikmati sumber air minum layak pada 2024, artinya lebih dari tujuh juta keluarga masih mengandalkan air yang berpotensi terkontaminasi.
Kekurangan inilah yang mendorong berbagai pihak turun tangan, salah satunya Kao Life-in-Harmony Foundation (LIHF) lewat teknologi pemanen air hujan GAMA-RainFilter.
Dari Edukasi PHBS ke Teknologi Hijau
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) mustahil diterapkan tanpa ketersediaan air bersih.
BACA JUGA:Tidur Berkualitas, Kunci Anak Tumbuh Cerdas dan Stabil secara Emosional
BACA JUGA:Makan Telur Setiap Hari: Superfood Murah yang Bikin Sehat dari Kepala hingga Ujung Kaki
Karena itu LIHF melihat edukasi PHBS dan penyediaan air sebagai dua sisi mata uang.
Bersama Gama Inovasi Berdikari—spin-off Universitas Gadjah Mada—lembaga filantropi asal Jepang ini memasang GAMA-RainFilter di Desa Girimulyo, Gunungkidul, wilayah karst yang kerap dilanda kekeringan panjang.
Teknologi ini mengusung prinsip TRAP (Tampung, Resapkan, Alirkan, Pelihara).
Atap rumah dan fasilitas umum dipasangi talang khusus; air hujan dialirkan ke unit penyaring berlapis—daun dan pasir silika menyaring kotoran kasar, serat mikro menahan debu halus, karbon aktif mengurangi bau dan rasa.
BACA JUGA:Lari dan Gym Jadi Gaya Hidup Baru Anak Muda: Antara Kebugaran dan Kesehatan Mental
BACA JUGA:Waspadai Keracunan Makanan: Ini Langkah Mandiri yang Bisa Dilakukan di Rumah
Air jernih kemudian ditampung dalam bak bawah tanah berkapasitas 10 000 liter yang sekaligus menjadi sumur resapan, menambah cadangan air tanah dan menekan risiko banjir.
Hasil uji laboratorium Puskesmas Girisubo menunjukkan kadar E. coli nol, memenuhi syarat air minum.