Mereka mengakui bahwa cerita tentang muyang dan hubungannya dengan buaya telah menjadi bagian integral dari budaya dan sejarah Desa Pemulutan.
Dukungan dari pemerintah lokal ini mencerminkan pentingnya warisan budaya dan sejarah dalam mempertahankan identitas sebuah komunitas.
Sungai Ogan dan Sumber Kehidupan Masyarakat
Seputar sungai Ogan yang melintasi Desa Pemulutan dan sekitarnya adalah elemen penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Mayoritas penduduk desa ini adalah nelayan yang mencari ikan di sungai ini. Ikan adalah sumber utama mata pencaharian mereka, dan hasil tangkapan ikan ini digunakan untuk kebutuhan mereka sehari-hari serta dijual di pasar lokal.
Selain sebagai mata pencaharian utama, sungai Ogan juga memengaruhi budaya dan gaya hidup masyarakat Pemulutan.
Mereka telah mengembangkan kebiasaan dan tradisi yang terkait dengan sungai ini.
Dalam berbagai momen budaya dan ritual, sungai Ogan selalu menjadi tempat penting bagi masyarakat untuk berkumpul, merayakan, dan mengenang warisan leluhur mereka.
BACA JUGA:Peran Sungai Komering, Bentuk Nama 'Muaradua' di Sumatera Selatan: Ini Akar Sejarah & Dampak Masyarakat Lokal
Sungai Ogan juga memiliki peran yang signifikan dalam pertanian di daerah ini. Sebagian penduduk Pemulutan juga bertani dan menanam padi, meskipun hasil panennya hanya didapatkan sekali setiap tahun.
Pertanian ini tergantung pada sungai untuk penyediaan air irigasi yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman padi mereka.
Dengan demikian, sungai Ogan tidak hanya merupakan mata pencaharian utama bagi nelayan, tetapi juga merupakan penentu keberlanjutan pertanian di daerah ini.
Warisan Unik Pemulutan
Kisah pawang buaya dan asal nama Pemulutan adalah salah satu contoh warisan budaya yang unik dan menarik di Indonesia.
Sejarah mereka mencerminkan hubungan manusia dengan alam dan bagaimana hubungan tersebut dapat berubah seiring berjalannya waktu.
BACA JUGA:Mengenal Arti dari Lambang Kabupaten Banyuasin, Tak Banyak Warga Yang tahu nih !
Meskipun kemampuan untuk memanggil buaya telah memudar, warisan mereka tetap hidup dalam ingatan dan budaya masyarakat setempat.
Pawang buaya, seperti Abdullah Hamid, tetap dihormati dan dicari oleh banyak orang yang menghadapi masalah seputar buaya di berbagai daerah.
Dan sungai Ogan tetap menjadi sumber kehidupan dan budaya yang kuat bagi masyarakat Pemulutan. **