Tempat Kelapa Sawit Paling Pertama Ujicoba Tanam di Palembang pada Zaman Belanda, Ternyata Disini!

Tempat Kelapa Sawit Paling Pertama Ujicoba Tanam di Palembang pada Zaman Belanda, Ternyata Disini!

Kelapa Sawit-Foto: google/net-

Di lahan seluas kurang lebih 1,5 hektare telah tumbuh 220 batang sawit, enam batang diantaranya sudah berbuah.

Meski sukses, Residen Palembang melaporkan bahwa tanaman kelapa sawit tidak begitu bermanfaat bagi masyarakat setempat.

Mereka tidak peduli dengan kelapa sawit, karena ada banyak ribuan pohon kelapa yang sudah menghasilkan dirasakan lebih bermanfaat.

BACA JUGA:Tahukah Kamu? Kalau Banyuasin Memiliki Sebutan Lain Sebelum Indonesia Merdeka, Penasaran? Cekidot!

Berdasarkan kendala tersebut, ujicoba tanam berikutnya dipilih wilayah onderafdeeling Banyuasin.

Pangkalan Balai di Banyuasin dinilai lebih cocok dan efektif.

Uji coba tanam di Banyuasin sukses besar bagi pemerintah Hindia Belanda. Meski begitu, masyarakat setempat hanya sedikit yang berpartisipasi untuk
membudidayakannya.

Sementara itu, di awal abad ke-20, Banyuasin Palembang yang luasnya 9.969 KM2 relatif masih hutan semua.

Mirisnya, produksi hasil hutan dari daerah yang berstatus onderafdeeling Palembang Benedenlanden itu sangat minim.

BACA JUGA:Berapa Orang Banyu Asin Palembang Sebelum Indonesia Merdeka? Ini Rinciannya

Merujuk data yang disampaikan J.F.P. Richter dalam Administratieve Indeeling Raport Nopens den Aanleg Yan Staatsspoorwegen in Zuid Sumatra yang terbit di Batavia tahun 1911, produksi hasil hutan dari daerah Banyuasin hanya ada 3 jenis saja.

Mayoritas hasil hutan adalah Nipahbladeren (Daun Nipah). Marga Pangkalan Balai yang paling banyak menghasilkan Daun Nipah, yaitu 1.200.000 tandan dari total 1.450.200 atau sekitar 83 persen.

Berikutnya dari Gasing sebanyak 120.000 tandan dan Upang sebanyak 90.000. Sisanya, dari Marga Talang Kelapa, Rimbo Asem, Tanjung Laga, dan Penuguan.

Masing-masing 1.200, 2.000, 10.000, dan 8.000. Plus dari Sungai Aren sebanyak 19.000

Hasil hutan yang kedua Melabuai. Atau lebih dikenal dengan nama Kayu Jelutung (Dyera Costulata).

Di beberapa daerah disebut dengan  Anjarutung, gapuk, jalutung, jelutung, labuai, lebuai, letung,nyalutung, nyulutung, pidoron, pantung, dan pulut.

BACA JUGA:Kabar Gembira! Dinkes Sumsel Bagi-Bagi 3,6 juta Masker Gratis, Yuks Segera Kunjungi Sekarang !

Tumbuh dengan baik pada tanah gambut dan banyak dijumpai pada hutan rawa gambut dengan tipe curah tinggi pada ketinggian 20-800 mdpl.

Banyuasin menghasilkan 2.365 pikols jelutung atau sekitar 1,5 ton. Rinciannya di Talang Kelapa ada 100 pikols, Suak Tapeh ada 200 pikols, Babat dan Tanjung Laga, masing-masing 8 dan 7 pikols.

Sebanyak 200 pikols dihasilkan dari Sungsang, Rantau Bayur menyumbangkan 50 pikols.

Terbanyak dari Sungai Aren yaitu 1800 pikols atau sekitar 1,1 ton.
 
Hasil hutan ketiga adalah rotan. Banyaknya 1133 batang, hasil hutan dari 3 daerah yaitu Sungai Rengas, Kumbang, dan Rantau Bayur.

Masing-masing 62,5, 1.036, dan 35 batang.**

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: