Tradisi Adat Ngundang di Kota Pangkalan Balai, Sejarah dan Perjuangan Warisan Budaya Khas Banyuasin !
Tradisi Adat Ngundang di Kota Pangkalan Balai,BANYUASIN SUMATERA SELATAN-foto: google/net-net.
Mereka yang terpilih adalah Ngunang sebagai Rio (Kerio) Desa untuk pertama kalinya.
Kemudian Thalib Wali ditetapkan menjadi khotib yang mengemban tugas agama sebagai pencatat nikah, tolak, dan rujuk, mengurus kelahiran dan kematian serta mengurus persedekahan rakyat.
Beberapa tahun kemudian Tuan Bangsali menilai ada beberapa orang yang pandai ilmu agama Islam. Mereka adalah Thalib Wali dan Dul.
Dul berasal dari Talang Majapani (Lubuk Rengas) dan kedua orang ini diajak pergi haji ke tanah suci Mekkah dengan menggunakan perahu layar.
Setahun kemudian mereka yang pergi haji tersebut kembali ke desa ini.
Thalib Ali menanam dua jenis pohon yaitu Serumpun Pohon Paojenggih dan Serumpun Pohon Beringin Nyusang.
Dengan ketentuan harus ditanam di dusun, pohon Poejenggih ditanam di sebelah kiri dan Pohon Beringin Nyusang ditanam di sebelah kanan.
Sedangkan Dul membawa serumpun Maje.
Dari tahun ke tahun dusun ini terus mengalami kemajuan dan masih tetap bernama ‘Talang Gelumbang’ dan pangkalannya masih tetap bernama Pangkalan Bangsali.
Setelah 40 tahun, wafatlah Kerio Ngunang, kerena perkembangan dusun sangat pesat maka dipilih seorang pasira (Depati) oleh Susuhunan Raja-raja Palembang, yang kedudukan di dusun Limau.
Menurut ceritanya, Dusun Limau ini dibuat oleh anak dalam Muara Bengkulu.
Rio Bayyung seorang anak dari Mangku Bumi Kesultanan Majapahit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: