Inilah Sejarah Awal Mula Gagasan Jembatan Ampera: Proyek Penting di Masa Gemeente Kota Palembang 1906!
Sejarah Awal Mula Gagasan Jembatan Ampera-Foto: google/net-
Beberapa bangunan yang harus dibongkar termasuk pusat perbelanjaan terbesar, Matahari (Dezon), Kantor listrik (OGEM), dan Bank ESCOMPTO.
Meskipun banyak bangunan bersejarah harus dirobohkan, menara air (waterleding) yang kini digunakan sebagai Kantor Wali Kota tetap berdiri di bagian hulu, sebagai salah satu peninggalan bersejarah yang masih bertahan.
Pembangunan jembatan ini dimulai pada bulan April 1962, setelah mendapatkan persetujuan dari Presiden Soekarno.
Dana yang digunakan untuk pembangunan jembatan ini berasal dari dana pampasan perang yang diberikan oleh Jepang.
Sebagai tambahan, proyek pembangunan ini juga melibatkan tenaga ahli dari Jepang, yang memberikan kontribusi berharga dalam memastikan bahwa pembangunan berjalan lancar dan sesuai rencana.
Pada awalnya, jembatan ini dikenal dengan nama Jembatan Bung Karno sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden pertama Republik Indonesia yang gigih memperjuangkan keinginan warga Palembang untuk memiliki jembatan di atas Sungai Musi.
Seiring berjalannya waktu, jembatan ini menjadi salah satu jembatan terpanjang di Asia Tenggara, yang menghubungkan dua sisi kota Palembang dengan megah.
Namun, nama Jembatan Bung Karno tidak bertahan lama.
Pada tahun 1966, setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30SPKI), yang dikenal sebagai peristiwa yang mengguncang politik Indonesia, terjadi pergantian nama.
BACA JUGA:Inilah, Jejak Sejarah Nama Kota Muaraenim yang Kaya & Unik, 400 Kilometer Selatan dari Kota Palembang
Nama Jembatan Bung Karno diganti menjadi Jembatan Ampera, yang merupakan singkatan dari "Amanat Penderita Rakyat."
Nama "Ampera" ini merupakan slogan yang disampaikan oleh para demonstran anti PKI dan Soekarno.
Pergantian nama ini mencerminkan kekecewaan warga Palembang terhadap dugaan keterlibatan Soekarno dalam peristiwa G30SPKI.
Meskipun perubahan nama tersebut terjadi sebagai ekspresi kekecewaan masyarakat, wacana tersebut tidak pernah terealisasi.
Dalam hal ini, Jembatan Ampera tetap menjadi bagian integral dari sejarah dan identitas Palembang, mengingat sejarahnya yang panjang dan makna yang melekat padanya.
Selama pembangunan Jembatan Ampera, banyak bangunan bersejarah yang berasal dari masa penjajahan Belanda harus dibongkar.
BACA JUGA:1961! Lampu Hijau Pembangunan: Kisah Syarat Presiden Soekarno di Balik Sejarah Jembatan Ampera, Ikon Palembang
Salah satu yang bertahan adalah menara air (waterleding) yang kini berfungsi sebagai Kantor Wali Kota.
Bagian hulu jembatan ini juga melibatkan pembongkaran beberapa perumahan penduduk.
Proyek pembangunan ini adalah bagian dari upaya modernisasi Palembang dan pengembangan infrastruktur kota.
Jembatan Ampera tetap menjadi lambang utama kota Palembang, menjadi daya tarik wisata dan lokasi yang penting dalam berbagai acara dan perayaan kota.
Namanya yang telah berganti dari Jembatan Bung Karno menjadi Jembatan Ampera mencerminkan dinamika sejarah politik Indonesia pada masanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: