1961! Lampu Hijau Pembangunan: Kisah Syarat Presiden Soekarno di Balik Sejarah Jembatan Ampera, Ikon Palembang
Kisah Syarat Presiden Soekarno di Balik Sejarah Jembatan Ampera-Foto: google/net-
Dana dari pampasan perang ini menjadi kontribusi penting dalam membiayai pembangunan jembatan yang sangat dibutuhkan ini.
BACA JUGA:Palembang, Kota Mempesona di Sumatera! Kisah Menarik Jembatan Ampera yang Mencerminkan Sejarah & Persatuan
Selain dana, pembangunan Jembatan Ampera juga melibatkan tenaga ahli dari Jepang.
Keterlibatan tenaga ahli ini memberikan kontribusi besar dalam menjamin kelancaran proyek pembangunan jembatan ini.
Mereka membawa keahlian teknis dan pengalaman dalam konstruksi jembatan, yang sangat diperlukan untuk memastikan bahwa proyek ini berjalan dengan baik dan sesuai rencana.
Selama proses pembangunan, fokus utama adalah pada wilayah hilir, yang merupakan pusat kota Palembang, terutama kawasan 16 Ilir.
Namun, pembangunan jembatan ini tidak berjalan tanpa tantangan.
Banyak bangunan peninggalan Belanda, yang masih berdiri di jalur jembatan yang direncanakan, harus dibongkar.
Ini termasuk pusat perbelanjaan terbesar, Matahari (Dezon), Kantor listrik (OGEM), dan Bank ESCOMPTO.
Pembongkaran ini adalah pengorbanan yang harus dilakukan untuk merealisasikan impian masyarakat Palembang memiliki jembatan megah yang menghubungkan kedua wilayah kota.
Meskipun banyak bangunan bersejarah harus dibongkar, beberapa peninggalan bersejarah dari masa penjajahan Belanda tetap bertahan.
Salah satu yang masih berdiri hingga saat ini adalah menara air (waterleding), yang kini digunakan sebagai Kantor Wali Kota.
Menara air ini menjadi simbol sejarah dan keberlanjutan dalam perkembangan kota Palembang.
BACA JUGA:1965 Namanya Bukan Ampera! Inilah Kisah di Balik Nama Jembatan Ampera yang Ikonik, Simbol Kota Palembang
Pembangunan Jembatan Ampera merupakan tonggak sejarah dalam modernisasi Palembang dan pengembangan infrastruktur kota.
Jembatan ini tidak hanya menjadi sarana transportasi yang vital, tetapi juga menjadi simbol persatuan dan integrasi.
Ia mengingatkan kita akan pentingnya berbagi dan bekerja bersama untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Pergantian nama dari Jembatan Bung Karno menjadi Jembatan Ampera setelah peristiwa G30SPKI dan ekspresi kekecewaan masyarakat mencerminkan dinamika sejarah politik Indonesia pada masanya.
Meskipun namanya berubah, jembatan ini tetap menjadi salah satu lambang terpenting dan pusat perhatian di Palembang, serta menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa bersejarah di kota ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: