Bahkan omzet kami justru naik,” kenang Ali.
Dengan nuansa alami khas pedesaan dan area makan terbuka yang luas, Waroeng Tani cepat mendapat tempat di hati masyarakat.
Untuk menjangkau lebih banyak pelanggan, mereka menerapkan konsep prasmanan dengan menu hemat — cukup membayar Rp8.000, pengunjung sudah bisa makan nasi dan aneka olahan sayur sepuasnya.
Tak hanya itu, lebih dari 100 jenis lauk tambahan bisa dipesan secara terpisah, termasuk menu andalan seperti Gurami Asam Manis dan Gurami Saus Telur Asin.
Menu yang ditawarkan pun banyak memanfaatkan hasil budidaya sendiri. Salah satunya adalah daun katuk, tanaman kaya nutrisi yang dikenal baik untuk ibu menyusui.
BACA JUGA:Ternyata WhatsApp dan Email Marketing Memiliki Senjata Ampuh Menjaga Pelanggan Setia UMKM Lho!
Di tangan para juru masak Waroeng Tani yang kebanyakan ibu-ibu, daun katuk diolah menjadi masakan lezat dan dapat dinikmati pengunjung tanpa biaya tambahan.
“Konsep warung yang menyajikan hasil pertanian keluarga menjadi daya tarik tersendiri.
Pengunjung merasa seperti makan di rumah sendiri, tetapi dengan cita rasa khas,” ujar Ali.
Kreativitas dan semangat menjaga warisan keluarga tersebut berbuah manis.
Pada bulan Ramadan lalu, Waroeng Tani bahkan menerima hingga 2.000 pesanan paket buka puasa setiap harinya.
BACA JUGA:Intip Yuk! UMKM Go Global: Strategi Sukses Lewat Sinergi, Inovasi, dan Kolaborasi Lintas Lembaga!
Kapasitas tempat makan yang bisa menampung hingga 1.500 orang pun nyaris penuh setiap hari.