Banyak yang Belum tau! Sejarah Mata Uang Sumatera Selatan, Jejak Nusantara Unik dan Menarik, Mari Lihat !
Banyak yang Belum tau! Sejarah Mata Uang Sumatera Selatan, Jejak Nusantara Unik dan Menarik, Mari Lihat !-Foto : Eko subakti-
SUMEKSRADIONEWS.ONLINE - Sejarah mata uang di Nusantara membuka lembaran yang menarik dan kaya akan ragam budaya serta peristiwa sejarah yang melandasi penggunaan uang sebagai alat pembayaran.
Sumatera Selatan, salah satu daerah yang menyimpan kisah unik dalam perjalanan mata uangnya, menghadirkan sejumlah babak menarik dalam perjalanan keberadaan dan pencetakan uang.
Mengutip penelitian dari sejarawan Sumsel, Drs Syafruddin Yusuf M.Pd., Ph.D, mata uang di Sumatera Selatan memiliki akar sejak masa kerajaan Hindu-Buddha Sriwijaya pada abad ke-7/8.
Pada masa itu, uang berfungsi sebagai alat pembayaran dalam transaksi perdagangan, tetapi belum ditemukan jejak mata uang yang dibuat oleh Sriwijaya sendiri.
Sejarah kemudian melompat pada masa kerajaan Islam Palembang, kesultanan Palembang, dan masa kolonial Belanda.
Pada periode ini, mata uang berbentuk logam mendominasi, dan baru pada akhir abad ke-19 muncul mata uang kertas sebagai inovasi baru.
Namun, perubahan besar terjadi pada awal pembentukan Republik Indonesia.
Ide dan pembuatan Oeang Republik Indonesia (ORI) menjadi tonggak penting dalam sejarah mata uang Indonesia.
BACA JUGA:Dari Hutan Belantara ke Ladang Modern: Kisah Perubahan Masyarakat Sumatera Menuju Era Perkebunan !
Salah satu anggota KNIP, Mr. Syafruddin Prawiranegara, mengusulkan pencetakan ORI kepada Wakil Presiden Moh Hatta, dengan argumen bahwa uang adalah atribut negara dan dapat menunjukkan kedaulatan Indonesia.
Meskipun usul ini awalnya ditolak karena fokus pemerintah pada bidang politik dan militer, tanggapan positif dari Moh Hatta membawa terbentuknya panitia pencetakan uang kertas Republik Indonesia pada 7 November 1945.
Panitia tersebut, yang diketuai oleh T.R.B Sabarudin, membuka jalan bagi resmi dikeluarkannya ORI pada 30 Oktober 1946.
Namun, situasi keamanan yang tidak kondusif memaksa pindahnya ibukota negara dari Jakarta ke Yogyakarta, mempengaruhi percetakan ORI yang dilakukan di luar Jakarta, seperti Solo dan Malang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: