Boikot Membara: Penjualan Pizza Hut Anjlok, Nasib Bisnis Terkait Agresi Israel di Palestina!

Boikot Membara: Penjualan Pizza Hut Anjlok, Nasib Bisnis Terkait Agresi Israel di Palestina!

FPP dan Gabungan Ormas Segel Pizza Hut-Foto:google/net-

Boikot Membara: Penjualan Pizza Hut Anjlok, Nasib Bisnis Terkait Agresi Israel di Palestina

 

SUMEKSRADIONEWS.ONLINE - Dalam dua bulan terakhir, efek boikot terhadap merek-merek asing di Indonesia, terutama yang berasal dari Amerika Serikat (AS), semakin nyata terasa.

Gerakan ini dipicu oleh agresi dan genosida Israel di Palestina yang telah berlangsung selama dua bulan terakhir.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) ikut merespons dengan mengeluarkan fatwa haram terhadap pembelian produk dari produsen yang jelas mendukung agresi Israel.

Salah satu merek yang terkena dampak boikot adalah Pizza Hut, yang dioperasikan oleh PT Sarimelati Kencana Tbk di Indonesia.

BACA JUGA:Logo Halal dan Bangga Buatan Indonesia di Iklan Unilever, Buntut Boikot Produk Israel?

Perusahaan ini melaporkan penurunan penjualan yang signifikan selama dua bulan terakhir, sejak awal eskalasi konflik Israel-Palestina pada awal Oktober.

Corporate Secretary PT Sarimelati Kencana Tbk, Kurniadi Sulistyomo, menyatakan bahwa penjualan Pizza Hut merosot tanpa menyebutkan secara spesifik persentase penurunan.

Namun, ia menegaskan bahwa kondisi bisnis mereka saat ini lebih buruk daripada dampak pandemi COVID-19 pada tahun 2020, di mana perusahaan tersebut mengalami kerugian sebesar Rp 93,51 miliar.

Kurniadi menunjukkan bahwa sebagai perusahaan yang memiliki kebangsaan, PT Sarimelati Kencana Tbk mendukung Palestina dalam konflik tersebut.

BACA JUGA:Fatwa MUI Buat Bingung Ibu Rumah Tangga Indonesia Terkait Boikot Produk Tertentu

Sebagai bukti nyata, perusahaan ini telah menyumbangkan Rp 1 miliar dalam bentuk donasi dari para karyawan, manajemen, dan korporasi untuk rakyat Palestina.

Meskipun mendukung secara nasionalis, Kurniadi menyatakan bahwa penggunaan merek dagang Pizza Hut yang berasal dari AS murni didasarkan pada kepentingan bisnis, bukan ideologis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: